Hematologi


Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi
            Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium teanspor tubuh, volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung  pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah .
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas, (daya gabung) terhadap oksigen, dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin didalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa ke paru-paru ke jaringan-jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut ‘seratus persen”. Dalam berbagai bentuk anemia, jumlah hemoglobin dalam darah berkurang. Dalam beberapa bentuk anemia parah, kadar itu bisa dibawah 30% atau 5 g setiap 100 ml.  
Komponen Darah
            Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu sebagai berikut:
Ø Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri dari atas air, elektrolit, dan protein darah.
Ø Butir-butir darah (Blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini:
·         Eritrosit
·         Leukosit
·         Trombosit
Plasma Darah
            Plasma darah merupakan komponen cairan yang mengandung berbagai nutris dan subtansi penting lainnya yang diperlukan oleh tubuh manusia, antara lain protein albumin, globulin,  faktor-faktor pembekua darah, dan berbagai macam elektrolit natrium (Na+), kalium (K+) , klorida (Cl-), Magnesium (Mg2+), hormon dan sebagainya.
            Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah adalah sebagai berikut:
1.    Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2.    Garam-garam  mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
3.    Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
4.    Zat makanan (asam amino,  glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).
5.    Hormon, yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh .
6.    Antibodi.
Sel-sel darah yakni eritrosit, leukosit, dan trombosit mempunyai fungsi yang sangat penting . fungsi masing-masing sel darah yakni sebagai berikut:
·         Eritrosit : berfungsi dalam transportasi oksigen dan karbondioksida.
·         Leukosit: berperan dalam imunitas atau pertahanan tubuh terhadap benda asing maupun mikroorganisme.
·         Trombosit: berfungsi dalam proses pembekuan darah, yang berperan penting untuk sistem hemostatis dalam tubuh
Eritrosit disebut juga sebagai sel darah merah. Warna merah pada eritrosit disebabkan oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin tersusun dari senyawa besi hemin dan suatu jenis protein, yaitu globin. Peranan utama eritrosit adalah sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Peranan lain eritrosit adalah menjaga keseimbangan asam-basa cairan darah dan juga mengangkut O2 di dalam tubuh. Setiap molekul hemoglobin (Hb) mengandung 4 atom besi dan setiap atom besi dapat mengangkut 1 molekul oksigen (O2). Molekul-molekul oksigen tersebut diangkut oleh Hb dalam bentuk oksihemoglobin.
Jumlah eritrosit pada seorang pria dewasa ± 5.400.000 sel per mm3 dan pada seorang wanita dewasa ± 4.800.000 sel per mm3. Diameter sel-sel ini sekitar 7 mikron dengan ketebalan 2 mikron, sedangkan kadar hemoglobin normal berkisar antara 14 sampai 16 gram per 100 milimeter darah. Pembentukan eritrosit terjadi di dalam sumsum tulang pipih (tulang belakang) dan tulang pipa. Umur eritrosit rata-rata 120 hari, setelah itu akan dihancurkan di dalam limpa dan hati. Kurang lebih 3 juta sel yang dihancurkan setiap detiknya dan sebanyak itu pula harus dihasilkan eritrosit yang baru. Senyawa hemin dari hemoglobin yang sudah dihancurkan diubah menjadi pigmen empedu berupa biliverdin dan bilirubin. Sebagian besar zat besi dari penghancuran haemoglibin tersebut diangkut kembali ke dalam sumsum tulang untuk pembentukan eritrosit baru.
Leukosit atau sel darah putih tidak mengandung pigmen, diameternya rata-rata lebih besar daripada eritrosit, yaitu berkisar antara 8 sampai 15 mikron dan masing-masing mengandung inti sel. Pembentukan leukosit terjadi pada limfa, kelenjar-kelenjar limfoid, dan sumsum merah pada tulang. Pada seorang dewasa dalam keadaan normal, jumlahnya lebih kurang 5.000 sampai 10.000 sel per mm3 darah.
Jumlah leukosit dapat meningkat dengan cepat pada penderita penyakit tertentu, keadaan ini disebut leukositosis, misalnya pada penderita radang paru-paru. Pada penderita leukimia, jumlah leukosit dapat mencapai 1 juta per mm3 atau lebih dan ini sangat berbahaya karena sel-sel pada sumsum tulang yang menghasilkan eritrosit digantikan oleh sel-sel leukimia sehingga menghambat pembentukan eritrosit. Lain halnya dengan penyakit tipus, jumlah leukosit menurun karena penyakit ini merusak jaringan-jaringan limfoid yang banyak terdapat pada dinding usus. Kekurangan sel-sel darah putih ini disebut leukopeni.
Leukosit dikelompokkan berdasarkan keberadaan butiran-butiran yang terdapat pada cairan selnya menjadi agranulosit, yaitu leukosit yang tidak memiliki butiran-butiran sehingga cairan sel jernih, tetapi memiliki satu inti yang besar. Jenis sel darah putih ini dihasilkan oleh jaringan-jaringan limfoid dan dapat dibedakan menjadilimfosit dan monosit. Bentuk leukosit lain adalah granulosit, pada cairan sel terdapat butiran-butiran yang menyerap zat warna tertentu dan inti sel berlekuk-lekuk. Granulosit dihasilkan oleh sumsum merah pada tulang dan dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kemampuannya menyerap zat warna menjadi neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Komponen darah yang satu ini berupa kepingan-kepingan (platelet) yang tidak berinti. Oleh karena itu, kurang tepat jika disebut sebagai trombosit yang berarti sel darah pembeku. Keping-keping darah bentuknya tidak beraturan dengan ukuran lebih kecil daripada eritrosit serta tidak berwarna dan juga tidak dapat bergerak sendiri, tetapi hanya mengikuti aliran darah. Dalam keadaan normal jumlahnya ± 250.000 keping per mm kubik. Keping darah ini berasal dari megakaryosit di dalam sumsum merah pada tulang dan berperan dalam proses pembekuan darah.
Proses pembekuan darah merupakan suatu proses yang rumit dan melibatkan banyak faktor antihemofili, yaitu faktor-faktor yang berperan untuk menghentikan perdarahan. Proses pembekuan darah dimulai ketika terjadi kerusakan pada pembuluh darah yang menyebabkan keping-keping darah keluar dari pembuluh bersama-sama dengan komponen darah lainnya. Keping-keping darah mudah pecah setelah bersinggungan dengan udara atau permukaan yang kasar sehingga enzim tromboplastinogenase yang terdapat di dalamnya keluar dan bercampur dengan plasma darah.
Pada plasma darah terdapat tromboplastinogen yang merupakan salah satu komponen globulin, zat ini diaktifkan oleh enzim tromboplastinogenase menjadi tromboplastin. Sementara itu pada plasma darah terdapat pula protrombin yang dihasilkan hati dengan bantuan vitamin K. Protrombin hanya dapat berperan dalam proses pembekuan darah jika telah diaktifkan menjadi enzim trombin. Untuk mengaktifkannya dibutuhkan pula tromboplastin dan ion kalsium (Ca2+).
Peranan enzim trombin ialah mengubah fibrinogen, yaitu salah satu protein darah yang larut dalam plasma darah menjadi fibrin berbentuk jalinan serat-serat halus yang akan menjaring sel-sel darah. Dengan demikian, terjadilah gumpalan darah pada bagian pembuluh darah yang rusak dan gumpalan ini menghalangi darah agar tidak ke luar dari pembuluh tersebut.
Proses pembekuan darah tidak akan terjadi jika salah satu dari faktor-faktor antihaemofili tidak tersedia. Artinya pendarahan tidak dapat dihentikan atau dikenal sebagai hemofilia. Namun, jika proses pembekuan terjadi di dalam pembuluh darah maka gumpalan darah (embolus) dapat menyumbat pembuluh-pembuluh darah. Keadaan yang disebut embolisme ini menghambat pemberian zat-zat makanan dan oksigen bagi jaringan sehingga dapat menyebabkan kematian jaringan tersebut.
Pada keadaan yang normal, darah yang keluar dari pembuluh darah akan mengalami proses pembekuan. Namun, darah yang diambil dari seseorang untuk dipindahtugaskan harus diupayakan agar tidak membeku, salah satu cara di antaranya, yaitu dengan menambahkan senyawa organik tertentu, misalnya natrium sitrat yang akan mengikat ion Ca2+ sehingga menghambat pembekuan trombin. Selain itu, perlu juga penyimpanan pada ruang bersuhu rendah agar enzim-enzim yang berperan sebagai faktor antihemofili tidak berfungsi.

Fisiologi Sistem Hematologi
Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah, sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai berikut:
1.    Sebagai alat pengangkut yang meliputi hal-hal berikut ini:
·      Mengangkut gas karbondioksida (CO2) dari jaringan perifer kemudian dikeluarkan melalui paru-paru untuk didistribusikan ke jaringan yang memerlukan.
·      Mengangkut sisa-sisa /ampas dari hasil metabolisme jaringan berupa urea, kreatinin, dan asam urat.
·      Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus utnuk disebarkan keseluruh jaringan tubuh.
·      Mengangkut hasil-hasil metabolisme jaringan.
2.    Mengatur keseimbangan jaringan tubuh.
3.    Mengatur panas tubuh.
4.    Berperan serta mengatur pH cairan tubuh.
5.    Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
6.    Mencegah pendarahan.

Dapus
Firani, N.K. 2018. Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah. UB Press. Malang.
Handayani, W. dan A.S. Haribowo.2008. Buku Ajar Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Selemba Medika. Jakarta.
Hall, J.E dan A.C. Guyton.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Pearce, E.C. 2016. Anatomidan Fisiologi Untuk Paramedis. CV Prima Grafika. Jakarta.
Permasalahan
1.    Jelaskan bagaimana peranan granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme?
2.    Bagaimana proses penguraian hemoglobin?
3.    Bagaimana pengaruh anemia terhadap sistem sirkulasi?




Komentar

  1. Terimakasih a3 atas artikelnya, sangat bermanfaat sekali:)

    BalasHapus
  2. Terima kasih kakak, pemaparan materi yang Bagus dan mudah dipahami

    BalasHapus
  3. Baik saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1
    Menurut Pearce (2016), dengan kemampuannya sebagai fagosit ( fago: saya makan), kedua sel darah itu memakan bakteri –bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Pada waktu menjalankan fungsi ini, sel darah itu disebut fagosit. Dengan kekuatan gerakan amuboidnya, sel darah itu dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah serta dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah serta berjalan mengitari seluruh bagian tubuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas jawabannya kak, saya ingin bertanya bagaimana peranan kedua sel tersebut terhadap penyembuhan jaringan yang terluka?

      Hapus
    2. Dengan mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera,
      Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya,
      Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan kayu, benang jahitan (catgut), dan sebagainya, dengan cara yang sama, dan sebagai tambahan granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan, dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan dimungkinkan.

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  4. Menurut materi dari buku Hall dan Guyton (1997) yang saya baca, Pada anemia berat, viskositas darah dapat turun sehingga serendah 1,5 kali air, padahal normalnya kira-kira 3 kali air. Hal ini akan mengurangin tahanan terhadap aliran darah dalam pembuluh darah perifer, sehingga jumlah darah yang mengalir melalui jaringan dan kemudian kemabli ke jantung menjadi jauh melebihi normal. Hipoksia yang terjadi akibat penurunan transport oksigenoleh darah akan menyebabkan pembuluh jaringan perifer berdilatasi, yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah darah yang kembali kejantung, sehingga meningkatkan curah jantung sampai nilai yang lebih tinggi. Jadi salah satu efek utama dari anemia adalah meningkatkan beban kerja jantung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas jawabannya, saya ingin menanyakan kembali kak
      Apakah dengan terjadinya peningkatan curah jantung pada penderita anemia dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung akut?

      Hapus
    2. Peningkatan curah jantung ada anemia sebagian dipakai untuk mengimbangin efek-efek anemia, sebab walaupun tiap unit jumlah darah hanya mengangkut sedikit sekali oksigen, namun kecepatan aliran darah dapat cukup meningkat, sehingga jumlah oksigen yang dialirkan kejaringan hampir mendekati normal. Namun, bila penderita anemia mulai berkuat, jantung tidak mampu memompa jumlah darah lebih banyak daripada jumlah yang dipompa sebelumnya. Akibatnya selama berkuat, dimana terjadi peningkatan kebutuhan jaringan akan oksigen, dapat timbul hipoksia jaringan yang serius dan seringkali terjadi gagal jantung akut.

      Hapus
  5. Hai atrii
    Saya akan menjawab nomor 2:
    Menurut Hall dan Guyton (1997), hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit oleh sel-sel makrofag dihampir seluruh tubuh, namun terutama dihati (sel-sel Kupffer),limpa, dan sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya makrofag akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferin menuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau menuju hati dan jaringan lainnya untuk disimpan dalam bentuk feritin

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Terima kasih atas materinya, sangat bermenfaat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antikonvulsan

Analgetik

Buah Mengkudu Mengatasi Diabetes